Have a question?
Message sent Close

Jakarta, 11 Juni 2025 — Di tengah arus informasi yang bergerak sangat cepat dan kuatnya pengaruh media sosial dalam membentuk pandangan publik, praktik kehumasan kini berada pada fase perubahan penting. Hal inilah yang menjadi fokus dalam Intensive Learning Session yang diadakan oleh Kompas Institute bertajuk “Strategic Kehumasan di Era Digital”, bersama Elvera N. Makki, praktisi komunikasi strategis dengan pengalaman lebih dari dua dekade dan Presiden IABC Indonesia.

Transformasi Kehumasan
Pemaparan mengenai transformasi kehumasan, Elvera menjelaskan bahwa perubahan bukan hanya terjadi pada kanal dan teknologi, tetapi pada mindset dan relasi antara institusi dan publik.

Mengangkat topik Transformasi Kehumasan Digital, Elvera menyoroti bahwa perubahan bukan hanya terjadi pada kanal dan teknologi, tetapi pada mindset dan relasi antara institusi dan publik. “Kehumasan bukan lagi soal mengontrol pesan, tetapi soal menciptakan koneksi yang bermakna,” tegasnya. Kini, komunikasi yang sukses bukan yang terdengar paling keras, tapi yang paling didengar dan dirasakan audiensnya.

Transformasi Kehumasan
Diskusi bersama para peserta mengenai kasus nyata di tempat kerja mereka yang berkaitan dengan transformasi kehumasan.

Dalam paparannya, Elvera menjelaskan bagaimana dunia PR bergerak dari komunikasi satu arah yang selama ini bergantung pada media konvensional menjadi komunikasi dua arah yang dialogis, cepat, dan penuh empati. Media sosial, website, hingga chatbot menjadi ruang interaksi baru yang menuntut kecepatan, ketepatan, dan kepekaan etika.

“Perubahan zaman menuntut kita, para praktisi komunikasi, untuk menjadi lebih manusiawi,” ungkapnya. “Di tengah banjir informasi dan algoritma yang berubah-ubah, empati dan kejujuran tetap jadi jangkar kepercayaan.”

Transformasi Kehumasan
Elvera menyoroti bahwa tantangan di era digital sangat beragam, mulai dari maraknya hoaks, krisis yang cepat menyebar secara viral, hingga dinamika algoritma yang sulit diprediksi.

Dalam sesi yang dinamis ini, Elvera juga mengurai tantangan era digital mulai dari serangan hoaks, krisis viral, hingga tekanan algoritma yang tak terduga. Namun di balik kompleksitas itu, ia melihat peluang: humas bisa lebih inklusif, transparan, dan berdampak sosial. “Kita tidak bisa hanya menjadi pengirim pesan. Kita harus hadir sebagai penjaga kepercayaan,” ujarnya. Ia pun membagikan prinsip penting dalam membangun reputasi digital: otentik, bernilai, kolaboratif, dan responsif.

Menariknya, Elvera menggarisbawahi pentingnya etika komunikasi digital. “Di tengah era di mana semua orang bisa bicara, nilai-nilai seperti kejujuran, verifikasi, dan penghargaan terhadap privasi adalah fondasi reputasi jangka panjang,” katanya. Etika bukan sekadar aturan, tetapi komitmen untuk menjadi agen perubahan di ruang publik yang semakin sensitif.

Transformasi Kehumasan
Foto bersama para peserta sesi pembelajaran intensif Kompas Institute

Sesi ini bukan hanya menambah wawasan teknis, tetapi juga menyentuh aspek filosofi dari peran kehumasan itu sendiri. Profesi ini bukan hanya tentang membentuk persepsi, tetapi menciptakan ruang interaksi yang membangun kepercayaan, mendorong perubahan sosial, dan merawat nilai-nilai kemanusiaan. Di era yang serba digital, menjadi relevan berarti tetap manusiawi.

Tinggalkan Balasan